Resume Ke-14
BM Gelombang Ke- 27
Tanggal : 19 September 2022
Oleh : Ratna Komala, S.Pd
Tema : Kaidah Pantun
Narasumber : Miftahul Hadi S.Pd
Moderator : Lely Suryani, S.Pd.,SD
Malam ini kita akan dibersamai oleh Narasumber hebat kita Mas Miftahul Hadi, S.Pd beliau akan mengupas habis tentang KAIDAH PANTUN. beliau asli Jawa Tengah
Malam semakin larut, keheningan makin terasa, namun suasana kelas makin hangat karena kita dibersamai oleh Moderator yang tidak kalah hebat yakni Ibu Lely Suryani, S.Pd,.SD. Tak lupa mengawali kelas kita malam ini beliau membacakan rangkaian acara yang akan kita lewati malam ini yakni :
1. Pembukaan
2. Perkenalan
3. Materi Inti
4. Tanya Jawab
5. Penutup
dan pembukaan kita awali dengan do'a bersama-sama.
Ternyata malam ini kita dibersamai oleh Calon Guru Penggerak yang di bawah naungan BBGP Propinsi Jawa Tengah, semangat saya makin membara ternyata mereka bisa terus berkarya ditengah-tengah tagihan tugas CGP nya karena saat ini kebetulan takdir juga membawa saya berada di fase ini sedang mengikuti kelas Ltiha menulis gelombang ke-27 asuhan Om Jay juga sebagai Calon Guru Penggerak di bawah naungan BBGP Propinsi Jawa Barat.
Narasumber hebat kita malam ini mengawali kelas dengan ucapan salam ketika menyapa kita semua. jika mendengar kata Pantun pasti kebanyakan orang pasti tertuju ke suku melayu seperti halnya anak-anak di sekolah jika membahas pantun pasti mereka langsung bilang ke salah satu tokoh Film Melayu yang tenar di Tanah air yaitu Jarjit di serial Upin Ipin.
Dalam menulis pantun dibutuhkan ketelitian untuk memilih diksi, tidak asal. jadi harus dipikirkan dulu mana kata yang pas shingga indah dibaca dan didengar. memang pantun identik dengan suku Melayu, namun demikian bahwa setiap daerah di Indonesia juga memiliki pantun, seperti di Mandailing Sumatera Utara dikenal dengan ende-ende, di Sunda Jawa Barat juga ada Paparikan.
Pada awalnya Pantun merupakan tradisi lisan. Seiring berkembangnya waktu maka Pantun naik kelas tidak hanya dituturkan dalam kehidupan sehari-hari namun kemudian Pantun di bukukan dan dilombakan dalam berbagai Event dan diselipkan pada setiap kegiatan. Atas dasar itu kemudian pada tanggal 17 Desember 2020 UNESCO mengakui pantun merupakan warisan budaya tak benda. sehingga setiap tanggal 17 Desember kita peringati sebagai hari pantun.
Pantun berasal dari akar kata "Tun" yang berarti deret atau baris asal kata pantun dalam masyarakat Minagkabau dan Melayu diartikan sebagai "Pantun" oleh masyarakat Riau disebut sebagai tunjuk ajar yang berkaitan dengan etika (Mu'jizah, 2019). Adapun ciri-ciri pantun serta kaidah dalam pembuatan pantun adalah sebagai berikut :
Jadi dalam mebuat pantun kita harus memperhatikan rambu-rambunya. berikut perbedaan pantun dengan karya sastra lain.
Adapun Sajak berdasarkan Posisi /letak
Pantun nomor 1 memiliki rima akhir yang sama dan memakai rima penuh. Hal itu dapat dilhat dari kata yang diberi warna mera. Sedangkan Pantun nomor 2 rimanya berada ditengah dan akhir kalimat sehingga disebut pantun bersajak tengah dan akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar